ContohKarya Seni Rupa Kontemporer. Berikut ini adalah beberapa contoh karya seni rupa kontemporer, antara lain. Nah, itulah pembahasan mengenai pengertian seni rupa kontemporer, sejarah, macam - macam, ciri - ciri dan contoh karya seni kontemporer. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita dalam dunia seni, jika ada kesalahan dalam Kecualipada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. (wikipedia) Dalam pandangan lain, situs bahwa seni grafis yaitu seni dua dimensi yang diciptakan melalui teknik cetak,contohnya cetak sablon (silk screen), cetak tinggi (seperti Dikutipdari buku Montase dalam Pembelajaran oleh Nurul Aini, dkk (2018), montase merupakan suatu karya seni berupa teknik menggabungkan beberapa gambar yang berbeda menjadi sebuah komposisi gambar akhir yang menarik. Seni menempel gambar ini dinilai mampu mengasah kreativitas anak-anak maupun orang dewasa. Agar semakin paham, kamu perlu menyimak contoh karya montase di bawah ini. Karyaseni rupa kontemporer banyak di ciptakan dengan teknik. Question from @Yati125 - Sekolah Menengah Atas - Seni Register ; Sign In . Yati125 @Yati125. March 2019 1 7 Report. Karya seni rupa kontemporer banyak di ciptakan dengan teknik . pitaloka4804 Teknik menggunakan pensil eyeliner dan menggunakan stensil Maaf klo salah . 0 votes A.Seni Yunani:Perkembangan seni rupa modern sangat terkait seni klasik Yunani dari Romawi keduanya. tidak terhalang oleh priode lain. B. Seni Mesopotamia:Selain di Yunani muncul Negara-negara missal Mesopotania,parsi,mesirbanyak karya di pengaruhi oleh mesir terutama seni patung. C.Seni Helenis: masa tersebut gemilang menuju masa nutaris pemahamankepada penikmat seni apa yang menjadi gagasan karya dan tujuan dari karya diciptakan. Era kontemporer sudah tidak terikat kekakuan dan penjara peraturan, tetapi lebih kepada berkarya dengan berangkat dari akar yang bersifat tradisional, namun disisi lain merindukan kreasi dan inovasi dalam kebaruan. Seni rupa modern merupakan istilah untuk menyebut Senikontemporer dan postmodernitas: Kriteria ketiga yang menonjol untuk mengetahui apakah sebuah karya seni terkait dengan seni adalah memperhitungkan titik awal postmodernisme, karena banyak pakar seni menempatkannya antara dekade 60-an dan 70-an abad ke-1945. Sementara yang lain mengatakan bahwa seni rupa kontemporer dimulai ketika Perang Berdasarkankonteks masa kini, seni rupa kontemporer dipandang sebagai karya seni yang ide dan pembahasannya dibentuk serta dipengaruhi sekaligus merefleksikan kondisi yang mewarnai keadaan zaman ini tempat "budaya global" menyeruak, yang menebarkan banyak pengaruh dan menjadi penyebab berbagai perubahan dan perkembangan (Sumartono, 2000). TeknikSeni Rupa 3 Dimensi - Dalam Seni rupa berdasarkan bentuknya seni rupa terbagi atas 2 bagian, yaitu seni rupa 2 dimensi dan seni rupa 3 toptenid.com. Top Lists; Kiat Bagus; Yang; Teknik dalam pembuatan karya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi tentu saja berbeda, karena seni rupa 2 dimensi hanya memiliki 2 ukuran dan hanya dapat Pengertiandan Jenis Karya Seni Grafis. - Juli 20, 2017 (Updated: Januari 29, 2021) 7 komentar. Sanggar Model - Perkembangan seni rupa kontemporer kini mulai banyak memberikan dampak positif terhadap berbagai kalangan baik bagi orang yang awam terhadap dunia seni rupa hingga seniman-seniman. Salah satunya adalah perkembangan seni kontemporer PengertianSeni Rupa Kontemporer. Seni rupa kontemporer berartu seni rupa yang diciptakan terikat pada berbagai konteks ruang dan waktu yang menyelimuti seniman, audiens dan medannya. Istilah kontemporer sendiri berasal dari Bahasa Inggris "Contemporary" yang berarti apa-apa atau mereka yang hidup pada masa yang bersamaan (D. Maryanto, 2000). Keunikangagasan berkarya seni rupa. 2. modern/kontemporer adalah selalu menggali inspirasi dan berkreasi/menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seni rupa modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Unik : tidak memiliki persamaan dengan karya seni lainnya 2. Individual : bersifat pribadi atau perseorangan 3. Orangyang menciptakan seni rupa patung disebut dengan pematung. 3 Karya seni patung ini diciptakan dengan bahan limbah logambesi dengan teknik konstruksi menyusun dan teknik assembling merangkai. Penampilan karya patung ini lengkap maksudnya terdiri dari seluruh anggota badan mulai dari kepala sampai kaki. Bahan Bahan seni patung dapat di Kesantersebut diciptakan dengan mengolah unsur seperti titik, garis, bidang, warna, tekstur, dan juga pencahayaan. Ada banyak aliran seni rupa, salah satunya adalah karya seni rupa kontemporer atau karya seni rupa modern. Seni rupa kontemporer merupakan perkembangan seni yang terpengaruh oleh modernisasi. Secara bahasa kontemporer berarti S8whC. ArticlePDF Available AbstractDemikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 9 Nomor 1 Oktober 2020 181 Kembalinya Realisme Seni Kontemporer sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Indonesian Institute of The Arts of Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Disetujui 30 Agustus 2020 ABSTRAK. Demikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Kata Kunci Hyperrealism; Photography; Pop Art; Photo realism; Superrealism Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 182 PENDAHULUAN Realisme didefinisikan sebagai suatu cara penggambaran manusia atau benda-benda dengan cara akurat yang sesuai dengan kehidupan nyata. Realisme juga merupakan suatu sikap praktis yang menerima situasi apa adanya. Di dalam seni rupa sering kali realisme disamakan dengan naturalisme, yang memberikan perhatian dengan penggambaran alam secara akurat dan objektif. Dan menolak suatu subjek atau benda-benda yang secara sengaja pelukisannya dibuat atraktif. Penolakan itu dilakukan demi untuk mendapatkan kejujuran dan hanya menginginkan perlakuan yang tidak diidealisasikan atas kehidupan. Pengertian realisme seperti ini berlaku pada gerakan seni di Perancis abad 19, yang direpresentasikan oleh lukisan-lukisan Jean Desire Gustave Courbet 1819-1877. Courbet memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Perancis abad 19. Ia berkomitmen hanya melukis apa yang dapat ia lihat. Courbet menggambar lanskap, perburuan, ketelanjangan, dan alam benda, namun sedikit sekali menggambar karakter politik. Ia memenangkan medali emas untuk ekshibisi lukisan tahunan Paris Salon, pada tahun 1848. Realisme seharusnya sudah berakhir ketika masa Seni Rupa Modern dimulai, yang dipelopori oleh Paul Cezanne Read, 1991 . Sejak Cezanne, realisme digantikan dengan Kubisme dan kemudian Abstrak Ekspresionisme. Namun kita mengetahui bahwa realisme muncul kembali. Pada tahun 1960-an, melalui gerakan Pop Art, Andy Warhol memindahkan kaleng-kaleng sup Campbell ke dalam kanvas. Dan selanjutnya, pada akhir 1960-an muncul gerakan Realisme Foto Photorealism, di mana seniman berusaha menghasilkan salinan gambar yang dipotret dengan tepat. Beberapa seniman menggunakan proyektor untuk memproyeksikan hasil foto itu ke kanvas, dan menggunakan teknik air brush untuk mendapatkan kedetailan dalam lukisan. Berbeda dengan Andy Warhol yang masih terasa lukisannya dua dimensi, maka Realisme Foto dapat membuat pemirsa terkecoh bahwa apa yang dilihatnya itu sebenarnya adalah sebuah lukisan. Chuck Close 1940 - adalah salah satu pelopor yang menggunakan teknik fotografi sebagai acuan dalam berkarya. Chuck Close banyak melukis wajah dengan kanvas besar yang didasarkan pada hasil fotografi yang dibuat di studionya. Lukisan Chuck Close, “Self Portrait” 1969 menjadi ikon dalam pencapaian pelukisan wajah secara detail dalam kanvas besar. Alasan di balik karya-karya Chuck Close sangat jelas ia membuat lukisannya sebagai pembesaran luar biasa atas hasil tembakan snapshot dari foto wajah manusia, dalam hal ini Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 183 adalah foto teman-teman dan dirinya sendiri. Dan foto tersebut hanya terfokus pada bagian muka atau kepalanya saja yang diambil dari depan. Dalam menghasilkan karyanya, Chuck Close melakukan pengambilan foto yang tidak biasa, seperti menggunakan lensa yang lebar untuk memfokuskan pengambilan gambar pada daerah wajah yang spesifik demi membuat efek. Pada bagian ujung hidung, ia membuat hasil gambar yang blur tetapi pada tulang pipi ia buat gambar yang tajam. Close melakukan sistematisasi dan kodifikasi informasi pada gambar yang sebenarnya. Chuck Close melakukan intervensi atas gambar dan memberikan pengaruh dalam cara melihat, membuat interpretasi, dan juga memberikan arti atas gambar tersebut. Maksudnya agar ia dapat mengoyak pandangan orang yang tipikal atas wajah manusia yang biasa. Dengan itu Close menantang visi pemirsa atas realitas Smith, 2003. Namun di situlah daya tarik karya-karya Close, semakin pandai ia menjual sulapan’ artistik dengan permainan catnya, sehingga dapat mereplika realitas, semakin banyak orang tersihir dan ingin tahu teknik rahasia apa yang ada dibalik cara ia melukis Grenspun, 1998. Gerakan realisme ala Chuck Close itu sebenarnya sempat surut pada tahun 1980-an namun kemudian muncul kembali. Sebuah buku yang editorialnya disusun oleh Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider berjudul “Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium” yang diterbitkan tahun 2005, memperlihatkan gejala itu. Kita melihat ada Merlin Carpenter 1967-, John Currin 1962-, Peter Doig 1959-, Elizabeth Peyton 1965-, dan Richard Phillips 1962-, yang membuat karya lukis bergaya realisme, terselip di antara 81 seniman kontemporer yang berperan dalam 10 tahun terakhir. Dalam pengantarnya, Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider mengatakan bahwa para seniman itu dipilih dalam bukunya karena mereka sudah berpameran secara tunggal solo exhibition di institusi seni yang besar dan museum-museum seni rupa dunia. Mereka juga berperan dalam pameran-pameran kelompok yang penting dan karya mereka kerap ditampilkan pada galeri-galeri komersial Grosenick dan Riemschneider, 2005. Hal itu menunjukkan bahwa lukisan realis’ tetap saja eksis dalam percaturan seni rupa kontemporer. PEMBAHASAN 1. Bangkrutnya Seni Rupa Realisme Selama tahun 1940-an, pergeseran yang luar biasa terjadi dalam seni Amerika. Seni representasi dan realisme sosial, yang dominan selama zaman depresi, dikalahkan oleh aliran lukisan baru yang non-objektif. Jackson Pollock kemudian meninggalkan gaya naratif demi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 184 seni abstrak ekspresionisme non-objektif. Pollock dan gerakan avant-garde sesudah Perang, menolak minat generasi seniman sebelumnya terhadap 'seni untuk rakyat' dan reformasi sosial, sebagai gantinya ia berkonsentrasi pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial Doss, 2002. Robert M. Coates, seorang kritikus seni, menuliskan di The New Yorker, bahwa saat itu ada gaya melukis yang berkembang di Amerika, di antara gaya abstrak dan surealis, di mana cara mereka menorehkan catnya dilakukan dengan gaya yang bebas - mengayunkan kuas dengan percikan spattery, di mana gaya itu hanya bermodalkan sedikit gambaran tentang subjek - yang manifestasinya lebih sugestif ketimbang konkret - itulah metode ekspresionisme, yang sedang dikembangkan oleh Jackson Pollock, Lee Hersch, dan William Baziotes dan beberapa seniman lain dari kelompok ini Coates, 1944. Abstrak ekspresionisme kemudian merupakan gaya lukis yang sukses secara kultural karena adanya sentimen yang meluas terhadap seni representasional dari generasi sebelumnya yang sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang. Di tahun 1944, Pollock mengatakan bahwa karya seninya adalah suatu hal yang penting dalam melawan sistem reaksioner yang sudah terlalu kuat. Adolph Gotlieb 1903-1974, seorang pelukis abstrak ekspresionisme Amerika, juga mengamininya. Ia mengatakan, bahwa sangat perlu untuk mendobrak konsep yang mengesahkan 'lukisan baik' ketika itu. 'Lukisan baik' yang dimaksud adalah lukisan bergaya realisme. Ad Reinhardt 1913-1967 pada tahun 1946 membuat sebuah karikatur yang diberi judul "How to Look Art at Modern America" di mana digambarkan seni Modern secara detail. Dalam karikatur tersebut, dinyatakan bahwa hanya seni rupa Modern yang akan maju dan mendobrak, sementara seni rupa yang berasal dari generasi sebelumnya akan dikubur, dalam masa Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia ketika itu Doss, 2002. Perkembangan aliran abstrak ekspresionisme banyak didorong oleh Clement Greenberg 1909-1994, seorang kritikus seni rupa yang ingin mengembangkan suatu bentuk seni baru yang khas Amerika. Ketika itu, di tahun 1950-an, perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari konteks Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia. Rusia saat itu terkenal dengan seni lukis dan patung realisme yang oleh penguasa kemudian dijadikan alat propaganda ideologi Komunisme. Sehingga abstrak ekspresionisme yang disokong Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 185 Realisme Sosial berakar dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engel tentang seni. Melacak pada tulisan-tulisan Marx awal, pada dasarnya tidak ada ide tentang seni dari mereka yang sampai ke tingkat detail operasional. Kadang-kadang mereka berpendapat seni itu benar-benar otonom, kadang pula mereka berpendapat lain, bahwa seni itu merupakan instrumen tindakan politik. Orang pertama yang serius menerjemahkan Marxisme dalam bidang seni dan budaya adalah Plekhanov 1856-1918. Menurutnya, menerjemahkan karya-karya seni ke bahasa sosiologi adalah mungkin. Isi dan bentuk karya seni ditentukan oleh berbagai cita rasa, kebiasaan dan kecenderungan massa. Namun pendapat yang lebih tegas justru datang dari Lenin 1870-1924, ia mengatakan estetika Marxist menjadi semacam teknologi indoktrinasi dan propaganda. Tujuannya adalah mengungkapkan bagaimana seni dan kesusastraan dapat digunakan untuk mengendalikan dan membentuk sikap-sikap politik Arvon, 1970. Setelah Perang Dunia II, ideologi kebudayaan Soviet yang menonjol adalah Andrei Zhdanov 1896-1948. Zhdanov pada tahun 1934 mengusulkan sebuah proposal ke Komite Pusat Partai Komunis, mengenai tuntutan agar seniman meninggalkan formalitasi dalam bentuk apa pun dan berhenti membuat karya yang membingungkan masyarakat. Sebaliknya, karya seni harus menyesuaikan diri dengan konsep Marxist sebagai bentuk kesetiaan kepada Partai. Adapun mengenai lukisan Soviet, tekanan ganda diberikan kepadanya, baik pilihan kepada tema dan judul lukisan-lukisan harus realistis’ Ikramulloh, 2010. Jadi jelaslah bahwa salah satu penyebab bangkrutnya seni rupa realisme tidak terlepas dari persaingan ideologi antara Amerika dan Rusia setelah Perang Dunia II usai. 2. Serangan Teknik Fotografi Terhadap Seni Rupa Realisme Perang Dunia II memang membawa kekecewaan bagi para filsuf, intelektual dan seniman. Kekecewaan pada Rasionalitas dan Sistematika ala renaisans yang ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari penghancuran dan kebinasaan, membuat banyak dari mereka menolak Adorno adalah seorang filsuf yang termasuk tidak menyukai Realisme. Ketidaksukaan Adorno itu ternyata berakar pada masa lalunya. Dengan itu, kita dapat menelusurinya ke belakang, yaitu peristiwa Auschwitz. Bagi Adorno, setelah genosida Auschwitz, manusia tidak pantas lagi bersenang-senang. Seni yang indah-indah dan menyenangkan harus ditolak. Hal itu tercermin dalam suratnya kepada Max Horkheimer, Adorno pernah menulis, “to write poetry after Auschwitz is barbaric” Claussen, 2008. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 186 Sehingga dalam bukunya, Aesthetic Theory, Adorno menegaskan bahwa seni bukanlah alat untuk menghibur masyarakat, justru sebaliknya – seni merupakan antitesis dari masyarakat Adorno, 1997. Artinya, apa yang ingin digambarkan oleh Rusia bahwa seni harus mencerminkan masyarakat proletar ketika itu, dengan melukiskan para pekerja yang sedang giat membangun negara, justru ditolak sama sekali oleh Adorno. Sehingga lukisan abstrak ekspresionisme yang merupakan antitesis atas lukisan figuratif representasional menjadi jawaban atas teori estetika Adorno. Serangan lain terhadap Lukisan Realis datang dari dunia fotografi. Andre Bazin 1918-1958, seorang kritikus dari Perancis, menulis dalam esainya yang terkenal, “The Ontology of the Photographic Image”, bahwa sejak munculnya fotografi seharusnya seni lukis realis tidak perlu berhutang banyak pada kemiripan. Dalam mencapai tujuan seni zaman Barok, fotografi telah membebaskan seni rupa dari obsesi mereka akan kemiripan. Ternyata lukisan terpaksa menawarkan kepada kita ilusi akan kemiripan pada kenyataan dan ilusi ini sudah dianggap cukup bagi seni. Fotografi dan bioskop adalah penemuan yang memuaskan obsesi kita terhadap realisme. Betapa pun mahirnya sang pelukis, pekerjaannya selalu menghasilkan subjektivitas yang tak terhindarkan. Fakta bahwa adanya campur tangan manusia telah menimbulkan bayangan keraguan atas hasil suatu lukisan. Sekali lagi, faktor penting dalam transisi dari seni Barok ke fotografi bukanlah penyempurnaan dari proses fisik, melainkan terletak pada fakta psikologis. Yakni, fotografi telah memuaskan sepenuhnya selera kita akan ilusi pembuatan reproduksi yang dilakukan secara mekanis, bukan dikerjakan oleh manusia. Solusi itu tidak ditemukan dalam hasil yang dicapai tetapi dalam cara mencapainya. Jadi, alih-alih menggantikan seni lukis dengan melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif, fotografi telah mengambil aspek-aspek di mana seni rupa menjadi terlihat kurang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa lukisan itu tidak lengkap, di mana konvensi seni rupa itu sendiri merupakan senyawa cacat dari sesuatu yang seharusnya membutuhkan teknologi yang lebih maju untuk realisasinya. Dengan itu Bazin, telah menempatkan fotografi dan film sebagai media rekaman yang objektif, yang klaim kebenarannya mempunyai hubungan istimewa dengan kenyataan. Hal ini membuat fotografi membentuk tautan langsung antara gambar dan referensi. Dengan kata lain, karena kamera film beroperasi sebagai proses fotokimia yang terlepas dari intervensi manusia kecuali intervensi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 187 yang diperlukan untuk mempersiapkan dan memulai pengoperasian peralatan, maka dapat dilihat sebagai kurang subjektif, kurang rentan terhadap manipulasi tangan manusia yang selalu mengalihkan. Bahkan fotografi dengan cermat melampaui citra suatu objek yang dahulu direpresentasikan dengan lukisan. Ketika lensa pada kamera terbuka untuk membiarkan cahaya masuk, cahaya yang dipantulkan dari objek di depan lensa menyebabkan perubahan kimiawi pada bahan peka cahaya dari film itu sendiri. Walau Bazin bukanlah seorang ilmuwan teknik fotografi atau film, bahwa hal yang dimaksud Bazin adalah fotografi dan film merupakan bentuk seni yang berbeda karena mereka didasari pada proses mekanis yang menghilangkan unsur aktivitas manusia. Gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang memberikan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi Bazin, 1967. Penyebab realisme surut pada tahun 1980-an adalah penolakan Realisme dari Filsafat yang dikembangkan Richard Rorty. Pada tahun 1979, Rorty menulis buku yang berjudul Philosophy and the Mirror of Nature. Dalam bukunya, Rorty mengkritisi Teori Kebenaran Korespondensi, yang menyatakan bahwa penentu kebenaran adalah korespondensinya dengan realitas atau fakta dunia. Sebuah pernyataan dikatakan benar apabila isi pernyataan itu berkorespondensi sesuai dengan fakta yang dirujuk oleh pernyataan tersebut. Kebenaran seperti itu merupakan representasi akurat atas realitas. Pengetahuan berfungsi untuk merepresentasikan realitas. Menurut Rorty, teori ini tidak memadai di tengah dunia yang semakin dinamis, karena suatu kebenaran mengandalkan sesuatu objek atau fakta yang sebenarnya tidak berperan dalam mendukung atau menjustifikasi klaim pengetahuan Rorty, 1979. Menurut Rorty, yang terpenting dalam pengetahuan adalah menyusun pernyataan yang dapat disetujui oleh orang lain, bukan melaporkan objek-objek. Karena kesan-kesan indrawi tidak memiliki daya untuk menjustifikasi. Pengetahuan pertama kali dibentuk melalui hubungan antar subjek, yaitu dengan cara bergabung dengan Komunitas Bahasa. Karena itu Filsafat Bahasa menjadi penting dalam menjustifikasi kebenaran. Pengetahuan sebagai hal yang berhubungan dengan pernyataan, merupakan praksis sosial, pengetahuan itu diuji melalui percakapan sesama manusia. Rorty menyimpulkan bahwa pengetahuan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 188 merupakan praktik sosial, transaksi antar manusia, bukan manusia dengan objek. Pengetahuan menurut Rorty adalah soal kesepakatan. Justifikasi atas kebenaran adalah soal percakapan, soal praktik sosial. Kita tidak memerlukan lagi konsep kebenaran, sebab apa yang kita anggap benar pada akhirnya ditentukan oleh standar-standar yang disepakati secara sosial Rorty, 1979. Dalam bukunya yang lain, Rorty menolak segala bentuk dahaga akan kebenaran yang semata-mata bersesuaian secara akurat dengan realitas. Kebenaran yang dihasilkan dari pengetahuan yang mampu merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat. Hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu Rorty, 1980. Kiranya jelas bahwa Realisme dalam seni rupa sudah tidak punya pendasaran lagi dalam wacana filsafat. 3. Penolakan Atas Realisme Foto Sebagaimana diuraikan di atas bahwa realisme muncul kembali pada akhir 1960-an melalui gerakan Realisme Foto dan kemudian kembali surut pada tahun 1980-an, karena beberapa alasan. Bersamaan dengan kritik Rorty di atas, dalam dunia seni rupa muncul penolakan atas wacana realisme foto mengingat gaya melukis seperti itu sebenarnya bukanlah melukis realitas, tetapi pelukis sedang melukis foto, artinya memindahkan foto ke dalam kanvas. Christine Lindsay menulis bahwa realisme foto tidak menampilkan representasi, tidak menampilkan ilusi, tidak mengandung subjektivitas, bahkan lukisan-lukisan seperti itu tidak menampilkan realitas fotografi Lindsay, 1980. Karenanya, Christopher Stokes menolak dirinya disebut sebagai pelukis realisme foto. Dalam tesisnya ia menyatakan bahwa ia menggunakan fotografi hanyalah sebagai alat untuk mentransfer memori visual ke dalam kanvas. Ide untuk melukis didapatkan sebelum peralatan fotografi bekerja. Ketika di depan objek, Stokes mengambil banyak foto untuk merekam objek tersebut dari semua sudut. Fotografi dijadikan sebagai catatan yang akan membantunya dalam memahami apa yang ia lihat dan ia dapat melihat kembali hal-hal yang terlewat ketika di lokasi. Stokes akan mulai mengambil foto ketika ia telah selesai membuat sekumpulan sketsa mengenai still lifes, dan hal-hal yang diambil dari kehidupan yang ia ingin lukiskan. Dengan itu melukis adalah suatu usaha subjektif. Lukisan yang berasal dari foto, harus menggunakan mata sendiri dalam merekam pandangan personalnya atas suatu objek. Ia akan mengerti objek yang akan dilukis apabila ia terlibat langsung, karena lukisan adalah catatan personal atas dunia yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 189 dilihatnya. Dengan itu ia menamakan gaya melukisnya sebagai Super realisme Stokes, 1982. 4. Hiperrealisme Menjadi Jawaban Atas Penolakan Terhadap Realisme Foto Dengan begitu banyaknya penolakan terhadap Life realisme, namun selalu gaya ini muncul kembali, apa sebabnya? Kiranya melukiskan kembali alam dan manusia dengan bentuk-bentuknya yang proporsional sudah menjadi insting dari kemajuan umat manusia. Terbukti dengan adanya lukisan bison di gua Altamira atau Lascaux puluhan ribu tahun yang lalu, menunjukkan hasrat manusia untuk melakukan mimesis atas alam yang terhampar di sekelilingnya, sudah ada sejak dulu dan bertahan sampai sekarang. Alasan lain mengapa realisme bertahan, adalah kemampuan genre itu menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan mencari jawaban atas tantangan yang disodorkan kepadanya. Dengan itu pembahasan kita kemudian berlanjut dengan kemunculan Hiperrealisme. Berbeda dengan Realisme Foto yang menyalin foto ke dalam kanvas, Hiperrealisme muncul dengan maraknya media sosial dan teknik fotografi yang semakin canggih, dengan gambar-gambar yang semakin detail dan tinggi resolusinya, disertai dengan berkembangnya teknik photoshop yang semakin banyak kemampuan dan fitur-fiturnya. Tidak seperti Realisme Foto, Hiperrealisme tidak berusaha secara harfiah menyalin realitas sehari-hari, namun menciptakan kenyataan baru yang hampir mustahil. Di mana lukisan yang diciptakan dengan genre ini bukan lagi realitas tetapi fiksi. Yaitu dengan mengubah skala dan menempatkan objek dengan pengaturan yang tidak alami. Ciri yang lain dari lukisan hipperrealis adalah bahwa ia lebih detail dari Realisme Foto, ia tidak lagi bertujuan untuk menipu mata, namun untuk memperlihatkan kecerdasannya sendiri. Misalnya, melalui penggambaran detail atas keriput atau pori-pori kulit, hipperrealisme menciptakan itu untuk menarik perhatian pemirsa. Dengan itu ukuran dan skala tidak lagi realistis, tetapi ia mendistorsi skala dan menjadikannya narasi baru yang tidak harus sesuai ukurannya dengan kenyataan. Kita dapat melihat gejala tersebut sejak adanya karya “Marilyn” 1977 yang dibuat Audrey Flack. Dalam “Marilyn” terjadi penjajaran dari benda-benda yang tak berhubungan, seperti lipstik dan buah pir dengan ukuran raksasa. Karya “Acedia” 2012 dari Jeremy Geddes, memperlihatkan tubuh dan benda-benda melayang-layang dalam sebuah rumah yang tampaknya tanpa gravitasi. Kita akan membayangkan lukisan seperti itu mirip dalam adegan film ruang angkasa. Berbeda dengan Realisme Foto, karya-karya Jeremy Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 190 memperlihatkan bahwa Hiperrealisme menggambarkan adegan di mana elemen naratif dan emosi seniman ikut bermain. Lanskap yang permai tidak diperlihatkan lagi, sebagai gantinya adalah pemandangan dari balik kaca mobil ketika hujan, seperti dalam karya-karya Gregory Thielker. Atau karya “The Brooklyn Rail” dari Rackstraw Downes yang memperlihatkan alam yang rusak dan gersang karena eksploitasi manusia. Demikian pula kita melihat wajah-wajah dan tubuh yang rusak pada karya-karya Jenny Saville. Dan tidak ketinggalan karya-karya still life yang menakjubkan dari Jason de Graaf. Melalui karya Jason, istilah still’ dalam still life’ menjadi tidak tepat lagi, karena yang dilukiskan adalah air yang sedang membuncah dalam gelas “Ultra Marine”, atau irisan jeruk yang dicemplungkan dalam gelas “Evergreen” sehingga butiran-butiran dari cipratan air terasa dalam lukisan. Hal menarik dari hiperrealisme adalah ia dapat menjawab keberatan Rorty atas kebenaran yang merupakan salinan dari realitas. Karena hiperrealisme tidak terobsesi atas kebenaran’, genre ini sedang menciptakan kebenaran baru, suatu narasi yang didasarkan atas fiksi senimannya. Hiperrealisme mempunyai kecenderungan bermain-main atas narasi yang diciptakannya, ia ingin menarik perhatian. Ia sedang bermain-main dengan kebenaran’. Hal itu dapat terlihat dari karya-karya mereka yang lebih banyak muncul di Instagram ketimbang pada buku-buku teks. Ukuran kesuksesan’ karya-karya mereka bukan lagi didasarkan atas pujian atau pengesahan para kritikus seni, tetapi karena berapa banyak suka’ yang diberikan dari pengikut atas karya yang mereka unggah. Demikian pula apabila karya-karya mereka dipamerkan, maka yang menjadi perhatian adalah berapa banyak orang yang berswafoto di depan karya mereka. 5. Perkembangan Hiperrealisme di Indonesia Tak terlepas dari perkembangan seni rupa global, Indonesia juga mempunyai beberapa seniman yang bergenre hiperrealis dengan mutu yang sama baiknya dengan pelukis-pelukis dunia, seperti Dede Eri Supria, Chusin Setiadikara, dan Budi Kustarto. Dede Eri Supria, dilahirkan di Jakarta, 29 Januari 1956. Ia melukiskan gelandangan dalam karyanya yang berjudul “Pasrah” Dermawan T, 1999. Dede melukis realitas kehidupan orang miskin, yaitu seorang perempuan kumuh sedang duduk termenung pasrah. Di punggungnya ada buntel yang berisi barang-barang perlengkapan hidup sehari-hari. Perempuan yang tidak beralas kaki itu mungkin tidak mempunyai rumah, sehingga buntelnya selalu dibawa ke mana-mana. Perempuan itu duduk dengan telapak tangan di bawah dagu, pandangan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 191 matanya kosong dengan raut wajah yang sedih. Lukisan ini disertai superimpose kemewahan gedung-gedung tinggi pada latar belakang agar tercipta kontras yang ia inginkan. Di belakang subjek perempuan yang sedang termenung itu, diletakkan kardus bekas sebagai pagar pembatas’ dengan gedung-gedung tinggi itu. Cara seperti ini membantu Dede dalam mengekspos narasi penderitaan yang dialami orang-orang miskin Lihat Gambar pada halaman 181 sumber Agus Dermawan T., 1999-61. Pelukis lain adalah Chusin Setiadikara. Chusin dilahirkan di Bandung, 4 Maret 1949. Lukisannya yang berjudul “Reconstruction” menghadirkan kembali pelukis Maestro Affandi yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu. Ia menggambarkan Affandi yang sedang melukis dirinya sendiri sambil memegang cangklong. Chusin menggunakan teknik plototan, yaitu menggoreskan cat langsung dari tube, yang merupakan teknik melukis khas Affandi. Dan dalam karya itu digabungkan dengan teknik melukis Chusin sendiri yang merupakan kombinasi cat minyak, arang dan pastel Gambar 1. Hal itu dilakukan sebagai upayanya bermain-main dengan realitas, sehingga karya Affandi terlihat hadir kembali dalam kanvas Chusin. Gambar 1 – Chusin Setiadikara, “Reconstruction”, 2007 Sumber Budi Kustarto, lahir di Ajibarang, Jawa Tengah, tahun 1972. Dalam karyanya, “Blue Jeans”, Budi melukiskan dirinya sendiri yang tersangkut dalam celana hotpants blue jeans. Celana itu dibuat robek-robek sesuai dengan model yang sedang tren pada saat itu. Di mana Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 192 benang-benang dari bekas robekan celana terlihat satu persatu dengan realistis. Ukuran dari blue jeans itu dibuat sebesar dirinya, sehingga lukisan itu terlihat lucu dan menarik perhatian Gambar 2. Gambar 2 – Budi Kustarto, “Pain on Bananas Garden”, 2011 Sumber 6. Genre Realisme Dapat Berubah-ubah Bentuk Tetapi Tetap Bertahan Dari pembahasan di atas terlihat bahwa 'realisme' memiliki makna yang koheren, mengingat beragam penggunaan yang telah ditemukan untuk itu, dalam konteks yang berubah dan dengan referensi untuk karya seni yang berbeda. Kata realisme yang memiliki sejarah panjang dengan penggunaan yang beragam, maka maknanya sama kompleksnya dengan sejarah itu sendiri. Jadi, meminjam pernyataan Brendan Prendeville dalam bukunya Realism in 20th Century Painting, bahwa daripada kita memulai - atau bahkan mengakhiri - dengan definisi yang tegas, kita sebaiknya menerima saja pergeseran yang diberikan oleh sejarah dan penggunaannya Prendeville, 2000. Pada tingkat tertentu, realisme akan mencakup dan mempertimbangkan kategori-kategori utama seni lukis yang menggunakan istilah itu selama abad ke-20, seperti Realisme Sosial, Realisme Foto, dan sebagainya. Sering kali, ketika pelukis dan kritikus menggunakan kata itu, mereka memodifikasinya, seperti dalam Super realisme’ dan 'Hiperrealisme', untuk mencapai tujuan tertentu. Kita menyadari, semua realisme abad kedua puluh sebagian merupakan hibrida atas jenis-jenis gaya realisme yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 193 berbeda. Sejarah adalah kontinuitas, bukan diskontinu yang ketat. Dalam satu periode pengamatan, ada persambungan dan persilangan antara suatu gaya dengan gaya yang lain. Kontinuitas Realisme sudah terjadi sejak generasi Vermeer. Pada saat melukis, Vermeer kemungkinan menggunakan Camera Obscura, sebuah peralatan yang menjadi cikal-bakal kamera modern. Pada zaman modern, realisme sangat dipengaruhi oleh pengalaman peralatan fotografi, perangkat yang sudah menjadi bagian dari budaya manusia. Namun demikian, seperti yang semakin disadari, kamera merupakan panduan efektif untuk merekam karakter dari realitas visual. Walau nantinya hasil dari perekaman kamera akan dapat dimanipulasi sesudahnya post-hoc. Lensa mempunyai cara sendiri dalam melihat, yang tidak harus sama dengan cara mata manusia melihat. Fotografer akan tahu bahwa kamera itu monocular dan melihat objek secara terkunci fixed, bukan melakukan scanning seperti yang dilakukan sepasang mata manusia Smith, 2003. Karena itu yang terpenting dalam penggunaan fotografi adalah niat dibalik senimannya dalam berkarya. Seniman dapat saja membuat narasi baru yang melampaui hasil fotografi itu sendiri. Dengan itu realisme dapat bertahan karena ia dibawa maju oleh visi senimannya yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. SIMPULAN Realisme mendapat gempuran dari masa ke masa, sejak kemunculan Abstrak Ekspresionisme, karena seni representasional sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang Dunia II. Dalam konteks Perang Dingin, abstrak ekspresionisme yang disokong Clement Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Dari dunia fotografi, serangan terhadap realisme datang dari Andre Bazin, menurutnya gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang menampilkan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi. Dari dunia filsafat, realisme mendapat serangan dua kali, pertama pada tahun 1940-an melalui teori estetika Adorno, di mana ia menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan, seperti lukisan bergaya Realisme. Karena setelah peristiwa Auschwitz, manusia seharusnya hidup prihatin. Bagi Adorno, abstrak ekspresionisme merupakan bentuk seni yang lebih tepat karena seni seperti itu merupakan antitesis dari masyarakat, bukannya menghibur masyarakat. Serangan kedua dari dunia filsafat datang dari Richard Rorty pada Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 194 tahun 1980-an. Di mana Rorty menolak kebenaran korespondensi yang dihasilkan dari pengetahuan yang merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat, karena hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu. Namun Realisme tetap bertahan dari segala gempuran tersebut, karena sifatnya yang luwes dan fleksibel, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Dalam periode sejarah realisme mengubah bentuknya menjadi Realisme Sosial, Realisme Foto, Super realisme dan terakhir Hiperrealisme. Perubahan dan adaptasi terhadap tantangan dan kemajuan zaman membuat seni realisme terus hadir sampai sekarang, termasuk di Indonesia. Karena realisme sudah tertanam, menjadi insting dari kemajuan peradaban umat manusia. REFERENSI Adorno. Theodor. 1997. Aesthetic Theory. terj. Robert Hullot-Kentor. USA Continuum, University of Minnesota. Arvon. Henri. 1970. Marxist Esthetics. Terj. Ikramullah. Yogyakarta Resist Book. 2010. Bazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press Ltd. Brendan Prendeville. Realism in 20th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Press. Coates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember 1944. Dermawan T. Agus. 1999. Dede Eri Supria, Elegi Kota Besar. Jakarta Yayasan Seni Rupa AiA. Doss. Erika. 2002. Twentieth-Century American Art. New York Oxford University Press. Grenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Art. Grosenick. Uta., Burkhard Riemschneider. 2005. Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium. Koln Taschen Gmbh. Lindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson. Rorty. Richard. 1979. Philosophy and the Mirror of Nature. New Jersey Princeton University Press. Rorty. Richard. 1980. Pragmatism, Relativism and Irrationalism, dalam Paul K. Moser & Arnold Vander Nat, ed. Human Knowledge Classical and Contemporary Approaches. Oxford Oxford University Press Smith. Edward Lucie. 2003 American Realism. New York Thames & Hudson Inc. Stokes. Christopher. 1982. The Photograph and Superrealism. Illinois Eastern Illionis University, 1982. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this StokesThesis Illinois University. Includes bibliographical references leaves 60-62.The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?BazinAndreBazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press in 20 th Century PaintingBrendan PrendevilleBrendan Prendeville. Realism in 20 th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Modern. The New Yorker, 23 DesemberRobert M CoatesCoates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember Close. New York The museum of Modern ArtGrenspunJoanneGrenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Concise History of Modern PaintingLindsayChristineLindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson. Ilustrasi seni kontemporer. Foto Freepik. Seni kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Cabang seni ini tidak terikat dengan aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman bahasa, kontemporer memiliki arti kekinian dan modern. Seni kontemporer sendiri mencerminkan adanya kebebasan dalam menentukan suatu hal seperti tema, media, dan teknik Ayu Trisnawati dalam buku Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar menyebutkan, seni kontemporer memiliki istilah umum Contemporary Art. Istilah tersebut dikenal di negara barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia dalam buku Dialek Visual Perbincangan Seni Rupa Bali menyebutkan, cabang seni ini dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an. Setelah berkembangnya seni kontemporer, muncul berbagai ragam teknik dan media untuk memproduksi suatu karya seni. Tokoh yang pertama kali menggunakan istilah seni kontemporer adalah Gregorius Sidharta Soegijo asal Yogyakarta. Ia merupakan seniman patung yang terkenal. Salah satu karyanya yang dikenal dunia adalah Tangisan Dewi Betari dan Tongggak tokoh seniman Indonesia yang meramaikan istilah seni kontemporer di antaranya adalah Heri Dono, Eddie Hara, Tisna Sanjaya, Agus Suwage, Nindityo, Arahmaiani, Tita Rubi, dan masih banyak dari buku Pengantar Seni Drama di SD karya Safrianus Haryanto Djehaut, karya seni kontemporer yang dihasilkan para seniman tidak hanya karya yang indah. Akan tetapi, juga menghasilkan karya yang dianggap tidak indah dan tidak seni yang tidak menyenangkan biasanya memiliki tema persoalan yang rumit. Contohnya seperti fenomena kesengsaraan, kemiskinan, kekacauan, atau protes sosial dalam seni kontemporer dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan media dengan berbagai teknik produksi. Sehingga, cabang seni ini banyak memadukan semua unsur seni. Berikut contoh seni kontemporer dalam cabang seni rupa yang menarik untuk Seni Kontemporer dalam Cabang Seni RupaIlustrasi seni rupa kontemporer. Foto Freepik. Dikutip dari buku Seni Budaya terbitan Yudhistira Ghalia Indonesia, contoh karya seni rupa kontemporer yaitu seni instalasi, seni rupa video, seni rupa lingkungan, dan seni rupa pertunjukan. Berikut paparan singkat dari contoh karya seni rupa kontemporer instalasi dibuat dengan menggabungkan berbagai bentuk karya baik dua dimensi, tiga dimensi, dan tidak terbatas dan membentuk kesatuan yang baru. Jenis karya seni rupa ini biasanya ditampilkan saat adanya pameran di galeri dengan seni lukis atau seni patung yang tinggal di pajang, seni instalasi harus dipasang dan disusun terlebih dahulu karena terdiri dari banyak benda. Baik benda seni maupun benda di luar konteks seni contoh seni kontemporer. Foto Freepik. Seni rupa video ada sejak tahun 1960 dan telah berkembang pesat di Indonesia. Tidak hanya sebagai media berekspresi, seni rupa video juga bisa dinikmati seni rupa kontemporer ini dapat ditonton secara online maupun offline dan menjadi salah satu yang paling efisien. Selain itu, seni rupa video dapat digunakan sebagai media pendidikan yang tidak dibatasi ruang dan rupa lingkungan berkembang dari sebuah gerakan peduli lingkungan. Media yang digunakan berasal dari limbah, seperti plastik bekas dan botol lingkungan dapat membawa pengaruh baik pada lingkungan sekitar. Contohnya mengurangi sampah plastik dengan merubahnya menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika dan nilai guna. Seni rupa pertunjukkan mulai berkembang pada tahun 1960. Seni rupa ini menampilkan berbagai karya yang berkaitan dengan ekspresi, bunyi, dan gerakan sehingga menghasilkan pertunjukan yang beberapa elemen dalam seni rupa pertunjukan meliputi tari, musik, teater, dan video yang mempunyai keunikannya masing-masing. Selain itu, seni rupa pertunjukan identik dengan improvisasi. Ketika berbicara tentang seni rupa kontemporer, mungkin kaum-kaum milenal akan sulit membedakan seni rupa jenis ini dengan seni rupa tradisional. Jangankan untuk kaum-kaum milenial, orang yang memang bukan seniman terkadang memang sulit untuk mengenal sebuah karya seni rupa yang dikatakan kontemporer. Dalam membuat sebuah karya, seniman melakukan pendekatan dengan karya mereka menggunakan banyak cara. Berbagai media dan materi dapat digunakan untuk menyampaikan beragam konsep, tema, dan materi yang ingin disampaikan. Mau tahu seperti apa pengertian dan contoh langsung dari seni rupa yang dikatakan kontemporer? Cari tahu jawabannya di bawah ini. Pengertian Seni Rupa Kontemporer pengertian seni rupa kontemporer Jika zaman dahulu dalam membuat karya seniman sering dipengaruhi oleh agama, mitologi, dan tuntutan pelanggan yang membayar mereka, maka seniman masa kini dapat terinspirasi oleh lebih banyak hal dan karya itu seringkali tumbuh dari minat atau ekspresi diri mereka sendiri. Seringkali pekerjaan di bidang seni dapat mencerminkan budaya yang dimiliki oleh seniman itu sendiri, lho. Beberapa hal yang mempengaruhi karya seni rupa yang dihasilkan adalah iklim politik saat ini dan tren yang sedang populer. Seni kontemporer sering mencerminkan keragaman perspektif yang besar. Keragaman ini yang membuat seni kontemporer menjadi ujian kompleks kehidupan saat ini. Tema umum yang melatar belakangi seni rupa kontemporer umumnya adalah identitas, teknologi, globalisasi, migrasi, masyarakat, budaya, ingatan, perjalanan waktu, dan kritik artistik dari lembaga-lembaga sosial politik. Bagi banyak orang, membuat definisi seni kontemporer bisa menjadi tugas yang sulit. Dalam pengertiannya yang paling mendasar, istilah seni rupa kontemporer mengacu pada seni lukis, seni pahat, fotografi, pertunjukan, dan seni video yang diproduksi hari ini. Kelihatannya sederhana ya? Tapi Kamu harus tahu detail seputar definisi seni kontemporer ini, ya! Seni kontemporer adalah produk-produk seni yang sudah tersentuh hal-hal yang berbau modern. Seni ini hadir di akhir 1960-an atau awal 1970-an atau sekitar Perang Dunia II. Apa yang membuat beberapa seni lebih sulit untuk dipahami daripada yang lain adalah sederhana, yakni keanekaragaman. Sejak 1960, apa yang dianggap sebagai bentuk seni telah bergeser dan berubah secara sistematis. Dengan definisi “seni hari ini”, Anda mungkin terkejut mendengar bahwa seni kontemporer sebenarnya memiliki sejarah yang relatif panjang. Untuk mengetahi evolusinya, Kamu bisa baca sejarah seni kontemporer di bawah ini. Sejarah Seni Rupa Kontemporer sejarah seni rupa kontemporer Seni kontemporer mencakup lebih dari lima puluh jenis seni yang telah muncul sejak akhir Perang Dunia II. Pergeseran penting dalam dunia seni terjadi ketika New York City menggantikan kota Paris sebagai pusat dunia seni saat itu. Pada tahun 1950-an, seorang seniman Barat yang terkenal, yakni Jackson Pollock memimpin gerakan menuju abstraksi dengan gerakan yang dinamakan Abstrak Ekspresionisme. Pada 1960-an, seorang seniman lainnya, Andy Warhol dan seniman lain memisahkan diri dari seni tradisional ke seni komersial. Di kancah seni New York pada 1960-an dan 1970-an, ada juga perpecahan antara seniman yang menganggap Formalisme dan Anti-Formalisme. Formalisme berfokus pada pencapaian formal seni visual, termasuk elemen desain arah, ukuran, tekstur, garis, bentuk, warna, dan nilai. Anti-Formalisme menghilangkan pentingnya elemen desain dan memperkenalkan bentuk seni baru seperti fotografi, video, dan seni pertunjukan. Memahami seni kontemporer membutuhkan banyak ilmu dalam enam dekade seni. Banyak yang mengatakan bahwa bakat artistik harus diakui secara formal oleh dunia seni. Beberapa seniman kontemporer mencerminkan pengaruh Modernisme, termasuk Impresionisme, Surrealisme, dan Kubisme, dan yang lain memisahkan diri dengan Post-Modernisme, termasuk tidak ada hubungan dengan gerakan seni masa lalu. Di era pasca-informasi, seni rupa kontemporer juga mulai merambah ke media baru seperti karya digital dan video adalah bentuk seni kontemporer. Ciri-ciri Seni Rupa Kontemporer ciri-ciri seni rupa kontemporer Ciri dari seni rupa kontemporer berfokus pada arah yang diambil dunia seni pada tahun 1960-an. Dua aliran utama seni pertama yang muncul pada tahun 1960-an adalah minimalis, dan juga pop art. Dua prinsip ini mengubah tema dan makna yang dicari banyak orang. Banyak karya seni yang dimasukkan ke dalam karya-karya kontemporer dan karya ini didasari pada perubahan sosial dan sejarah. Perubahan dalam bagaimana seniman menciptakan karya-karya merupakan hasil refleksi masyarakat, politik, dan banyak lagi. Pada umumnya karya seni rupa yang dihasilkan memiliki makna untuk menghubungkan masyarakat dengan seni menjadi sebuah simbiosis. Adapun ciri dari seni rupa modern adalah 1 Mengambil geografi dan menjadikannya bagian dari kualitas visual penting dari seni rupa 2 Memiliki elemen desain dengan makna yang tidak jelas 3 Elemen-elemen geometris yang ditemukan dalam bentuk seni rupa menghilangkan banyak garis rumit. 4 Tidak memusatkan karya seni dengan menuangkan perhatian pada perasaan dan ide-ide 5 Karya senu rupa yang dihasilkan lebih ingin memberi makna dari perspektif orang yang menyaksikan. 6 Memiliki upaya untuk mengubah cara orang memandang seni di sekitar mereka. 7 Menggunakan berbagai media yang berubah dari fotografi ke video ke menggambar dan banyak lagi. 8 Menggunakan banyak teknologi untuk menciptakan hasil karya 9 Seniman modern menggunakan berbagai representasi. 10 Menggunakan berbagai tema, bentuk, dan format untuk menciptakan seni. Macam dan Contoh Seni Rupa Kontemporer contoh seni rupa kontemporer Berikut ini adalah macam-macam seni rupa modern dan juga contoh-contohnya 1. Pop Art Pop art adalah reaksi terhadap gerakan seni modern yang dipelopori oleh seniman Barat terkenal seperti Andy Warhol dan Roy Lichtenstein. Pop art dihasilkan oleh minat seniman dalam menggambarkan budaya massa dan menata kembali produk komersial sebagai seni yang dapat diakses. 2. Photorealisme Sama seperti para seniman yang bekerja dalam seni dengan gaya pop art yang berusaha mereproduksi benda-benda secara artistik, photorealism adalah sebuah karya seni yang dihasilkan bertujuan untuk menciptakan gambar dan lukisan yang hyperrealistic. Photorealis menghasilkan sebuah foto yang memungkinkan para seniman untuk secara akurat mereproduksi foto dengan potret, lanskap, dan gaya lainnya. 3. Konseptualisme Konseptualisme adalah bentuk seni rupa modern yang menolak gagasan seni sebagai komoditas. Dalam seni konseptual, ide di balik sebuah karya seni lebih diutamakan. Meskipun gerakan eksperimental ini berakar pada seni awal abad ke-21, konseptualisme ini muncul sebagai gerakan formal pada tahun 1960-an dan tetap menjadi bentuk seni kontemporer utama saat ini. 4. Minimalisme Seperti konseptualisme, minimalisme ini ada pada tahun 1960-an dan karya seni dengan konsep ini masih lazim hingga saat ini. Minimalisme adalah sebuah keindahan estetika yang sederhana dan abstrak yang mengundang siapa saja untuk menanggapi apa yang mereka lihat bukan apa yang mereka pikir 5. Performance art Macam-macam seni rupa modern yang terakhir adalah performance art. Performance art adalah pendekatan yang terinspirasi dari drama seni. Bentuk seni dilakukan oleh seniman tidak semata-mata dimaksudkan sebagai hiburan. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan atau ide. Bagaimana? Sederhana bukan pengertian dari seni rupa kontemporer itu sendiri? Di antara macam-macam seni rupa modern di atas, Kamu lebih menyukai yang mana? Pengertian Seni Rupa KontemporerSejarah Seni Rupa KontemporerCiri-ciri Seni Rupa KontemporerMacam dan Contoh Seni Rupa Kontemporer Menunjukkan ekspresi diri dapat dilakukan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan membuat karya seni, yang terdiri dari banyak jenis, misalnya seni rupa, tari, peran, musik dan lain-lain. Koentjaraningrat 1993 menjelaskan, bahwa seni pada dasarnya adalah suatu ide atau gagasan yang timbul dari manusia yang kemudian diwujudkan atau direalisasikan dalam bentuk sebuah benda yang akhirnya disebut sebagai karya seni. Lebih lanjut, Hogman 1993 juga menerangkan bahwa seni memiliki tiga unsur penting. Di antaranya adalah, ideas, yakni wujud seni sebagai suatu yang kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Kemudian, activities, yaitu suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam berkesenian, Terakhir, artifact, yakni wujud seni melalui hasil karya yang dihasilkan oleh manusia. Terkait seni rupa, ada berbagai macam bentuk, yang jika disederhanakan dibagi menjadi dua, yakni seni rupa dua dimensi, dan tiga dimensi. Untuk seni rupa dua dimensi sendiri, dikenal berbagai teknik yang dapat diterapkan. Teknik Karya Seni Rupa Dua Dimensi Secara umum, terdapat enam teknik dalam seni rupa dua dimensi. Berikut penjelasan selengkapnya. 1. Teknik Menganyam Mengutip jurnal berjudul "Peranan Kerajinan Dalam Pembangunan Nasional", anyaman merupakan karya seni yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Sejatinya, anyaman adalah kerajinan suatu bangsa atau suku yang merupakan ungkapan dari suatu perasaan, gagasan, angan-angan, keinginan, penghayatan, dan semangat terhadap lingkungan yang membawa corak khas bangsa atau suku tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa menganyam adalah teknik karya seni rupa membuat suatu anyaman. Tak hanya itu, dijelaskan juga bahwa sebuah anyaman tidak semata-mata dibuat untuk esensi keindahan, melainkan banyak sisi filosofis lainnya yang mampu menggambarkan budaya dan gagasan pengrajinnya. 2. Teknik Mozaik Teknik karya seni rupa dua dimensi selanjutnya adalah mozaik. Corak ini mungkin tidak asing bagi beberapa dari Anda. Diketahui bahwa mozaik merupakan gambar yang tersusun atas kepingan-kepingan partikel seperti kaca, batu, atau benda padat lainnya. Teknik mozaik adalah teknik pembuatan seni lukis dengan menempelkan pecahan atau lempengan kaca berwarna-warni. Definisi lukisan akan menonjol dari pola susunan dan komposisi warna. Jika diulik dari kacamata sejarah, ternyata mozaik sudah ada sejak abad ke-3 SM. Salah satunya penemuan lukisan mozaik pada kuil yang berada di Abra, Mesopotamia. 3. Teknik Dussel Teknik karya seni rupa ini juga dikenal dengan istilah teknik gosok.’ Ahmad 2004 menjelaskan bahwa teknik dusel adalah teknik menggambar atau mengarsir dengan cara digosok, baik dengan kapas atau tangan. Seniman dapat mengatur gelap dan terang dari objek yang digambar menggunakan media yang digoreskan ke kertas atau kanvas. Selain itu, teknik dussel juga biasa dilakukan menggunakan pensil. Singkatnya, teknik dussel dilakukan dengan cara mengarsir kertas atau kanvas. Tergantung dengan tekanan yang diberikan, hal tersebut akan menimbulkan efek gelap dan terang, sama halnya dengan dussel menggosok. Lukisan akan terlihat lebih dramatis dengan gradasi yang menimbulkan efek ilusi tiga dimensi. 4. Teknik Aquarel Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, teknik aquarel merupakan teknik yang digunakan baik dalam menggambar maupun melukis dengan sapuan dan paduan warna yang tipis, transparan, dan tembus pandang. Perlu diperhatikan bahwa penyapuan harus dilakukan dengan tekanan yang rendah agar hasilnya terlihat lembut dan tidak mencolok. Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Persada Indonesia, terdapat penjelasan mengenai ciri-ciri teknik aquarel. Di antaranya adalah cat harus dicampur dengan air, mudah mongering, ekspresif dan spontan, tidak dapat menutup warna atau media yang terlapisi cat air agar warna dasarnya tidak hilang, transparan, sensitif terhadap udara sekitar karena tipis, mudah dibersihkan, tidak berbau menyengat, warna cerah dan segar, juga disebut dengan teknik fresco. 5. Teknik Pointilis Teknik karya seni rupa berikut ini adalah teknik pointilis. Adapun lukisan atau gambar yang dibuat dengan teknik ini termasuk ke dalam aliran pointilisme. Teknik pointilis adalah teknik melukis dengan menghubungkan titik-titik yang membentuk sebuah objek. Menariknya, pointilis akan menghasilkan lukisan yang akan menimbulkan ilusi mata. Berbeda hari teknik lain, teknik lebih menonjolkan pada penyusunan komposisi warna yang disusun dengan titik-titik. Jika melihat dari sejarah, ternyata pointilisme pertama kali hadir dengan sebutan Divisionism’. Pada abad ke-19, aliran ini dikembangkan oleh George Surat. Kala itu, diketahui bahwa pointilisme merupakan cabang dari Impresionisme, yaitu aliran yang relatif menonjolkan pencahayaan dengan permainan warna. 6. Teknik Plakat Teknik karya seni rupa dua dimensi satu ini adalah teknik plakat, yaitu kebalikan dari teknik aquarel. Sama-sama dengan cara sapuan, teknik plakat akan lebih menonjolkan objek dibanding gambar pada latar belakangnya. Lukisan dengan teknik plakat akan relatif lebih mencolok dibanding aquarel. Pencampuran cairan cat juga lebih tebal dan pekat. Teknik ini cocok dengan seniman yang berani dan suka warna-warna mencolok. Namun, perlu diperhatikan bahwa lukisan akan rentan terlihat heboh’ dan ramai.’ Maka dari itu, Anda juga harus selektif dalam memilih cat dan melakukan teknik penyapuan.

karya seni rupa kontemporer banyak diciptakan dengan teknik